
Menurut pribadi, tes ini merupakan penipuan dibalik
penilaian kepribadian, pada dasarnya tes ini diterapkan terhadap para
pasien di rumah sakit jiwa yang hendak keluar dari lingkungan karantina. Agar
dapat memberikan rekomendasi dan tidak menyalahi aturan yang berlaku, sekaligus
melepaskan tanggung jawab pihak rumah sakit atas tuntutan masyarakat bila
terjadi sesuatu setelah pasien dikeluarkan dari karantina, mereka memberikan
soal-soal pisikotes sebagai solusinya.
Tapi sayang sepak terjang dari soal-soal pisikotesi sekarang
ini sudah mulai keluar dari koridor jalur yang semestinya diterapkan, oleh para
pakar kejiwaan di indonesia. Soal-soal
pisikotes ini sudah mulaidigunakan secara lumrah dan lazim dimasyarakat, yang
tidak pernah mengetahui untuk apa sebenarnya soal-soal pisikotes yang
diberlakukan ini.
Soal-soal pisikotes yang dibuat oleh para sarjana muda
indonesia, sebetulnya tidak layak dijadikan acuan dan dikonsumsi secara umum,
oleh pihak perusahaan swasta, lembaga pisikotes, dan universitas yang lagi
trend saat ini dalam melakukan perekrutan anggota. Hal tersebut menyiratkan
secara tersembunyi maupun terang-terangan oleh pihak perusahaan, universitas
dan lembaga pisikotes yang bersangkutan, memvonis langsung terhadap calon peserta
yang hendak di rekrut mengalami gangguan kejiwaan atau gila sehingga diwajibkan
mengikuti tes ini.
Hal ini dinyatakan tidak layak dikarenakan, pengklaiman
tersebut hanya berlandasakan penilaian sepihak oleh pihak bersangkutan secara
pribadi. Padahal dasar ukuran penilaian prilaku meyimpang (red, gila) atau tidaknya seseorang tidak
pernah berdasarkan soal maupun teoritis. Tapi harus melalui pengamatan prilaku,
medis yang lebih mendetail dan membutuhkan waktu semaksimal mungkin, lalu hanya dilakukan oleh pakar-pakar kejiwaaan
yang ahli dibidang psikologi.
Bila dinyatakan soal-soal pisikotes tersebut hanya sebagai
alat untuk mengukur IQ dan kemampuan seseorang, maka hal tersebut sangat jauh
dari kenyataan. Karena IQ tidak pernah bergantung pada kejiwaan seseorang,
menurut pengalaman pribadi, hampir setiap orang gila memiliki kemampuan dan
keilmuan yang berbeda-beda, kendati mereka terbilang orang yang terganggu
kejiwaanya, tetapi daya pemikiran mereka tetap berjalan. Ini terbukti
kebanyakan pasien RSJ yang saya lihat berusia dewasa sekitar 28-80 tahun.
Mereka masih mampu bertahan hingga usia lanjut, dikarenakan mereka memiliki
pengetahuan dan daya pikir yang berbeda-beda.
Ini juga terbukti
secara pribadi, saya telah berulang kali mengikuti tes pisikotes ini, bahkan
saya pernah mendapatkan nilai 175 untuk ukuran IQ, sungguh suatu prestasi yang
mengagumkan, dan dilain waktu berikutnya saya hanya mampu mendapatkan nilai 90
IQ, bahkan juga sampai 60 IQ, denga standarisasi soal yang sama. Ini merupakan
tada tanya besar didalam otak saya, Apa yang di inginkan oleh pihak perusahaan,
lembaga pisikotes, dan pihak universitas didalam menerapkan soal-soal pisikotes
yang menjadi acuan mereka.? hasil Tes ini tidak bisa bisa stabil dalam mengukur
IQ, anda seperti berenang di lautan dengan ketinggian gelombang yang berbeda-beda,
semakin banyak anda berusaha semakin cepat pula anda tenggelam didalamnya.
Ini sangat jauh berbeda dengan pihak perusahaan yang berada
diluar negri, seperti daerah eropa, timur tengah dan yang lainya. Mereka tidak
pernah menyodorkan soal-soal psisikotes terhadap calon-calon karyawanya, tapi
mereka menyodorkan soal-soal yang khusus dibuat oleh pihak perusahaan
menyangkut hasil produksi mereka, bila perusahaan bergerak dibidang pengeboran
minyak, maka sudah tentu akan disodorkan dengan soal dan pertanyaan tentang
permiyakan, bila perusahaan bergerak dibidang perlayaran pasti anda akan ditanyai
mengenai pelayaran.
Beitu juga dengan universitas ternama yang berada di luar
indonesia, mereka selalu menerima seluruh calon mahasiswanya, tentunya dengan
melakukan penilaian bidang khusus yang dilamar, baik dari propil diri, maupun
pengetahuan dibidang yang dinilai, maupun riwayat hukum si bersangkutan.
Pasti banyak pro dan kontra, kenapa kita harus mengatakan
soal-soal tes pisikotes tidak boleh dikonsumsi secara umum, itu semua karena
pola primitif yang masih melekat didalam pemikiran kita, yang mau saja menerima
pembodohan dan pembunuhan karakter oleh segelintir orang-orang tertentu. Dan
tentunya anda tidak akan menyangkal proses kerja orang pintar selalu membodohi
orang-orang bodoh.
Bila anda bertemu dengan pihak perusahaan, lembaga pisikotes
dan universitas yang melakukan perekrutan mengunakan soal-soal pisikotes, anda
harus percaya pada diri anda sendiri bahwa segelintir kelompok itu hanyalah
orang-orang bodoh yang hendak membunuh karakter anda, sekaligus merampas
hak-hak sosial yang anda miliki. Mereka terang-terangan menyatakan anda tidak
waras dan mengalami gangguan kejiwaan, dan sudah tentunya perusahaan, lembaga
maupun universitas itu merupakan golongan rendah, kelas coro tidak bonafit dan
penuh dengan kebobrokan.
Kenapa kita berani mengatakan hal tersebut, karena jika
mereka benar-benar kelompok yang berlevel tinggi, sudah tentu mereka berani
menyediakan soal-soal khusus mengenai hasil produksi mereka sendiri, dan tidak
mengandalkan soal-soal copy faste, jadul dan primitif yang tidak pernah berubah.
Ini merupakan kesalahan telak dari sarjana-sarjana
fisikologis indo, mereka semua lulus dengan nilai copy faste, sehingga tidak
mampu menjadi tenaga spesialis dibidang mereka, ini terbukti dengan ketidak
berdayaan mereka yang seolah-olah jatuh kelumpur kotoran, sehingga mengandalkan
materi soal usang yang kadarluarsa dan tidak mampu memproduksi materi soal
baru, sehingga mampu dikembangkan dengan pola-pola elastis yang disesuaikan
pada bidangnya.
No comments:
Post a Comment